Dakwah atau Pekerjaan??


Wah, kok kayaknya kesannya gimanaaa gitu dengan judulnya...

Pilihan kok antara dakwah dengan pekerjaan,.
Ya jelas, pilihan harus pada dakwah laaahhh...
Masih ingat kan, semboyan yang selalu tertulis di laman blog ini?
"Nahnu Du'at Kobla Kulli syai'in" yang artinya "Kamu adalah Da'i sebelum yang lain".

Ok ok, tulisan ini bukan untuk mencibir sahabat yang tengah merentas karir dan mengejar mimpi...
Tulisan ini lebih ditujukan kepada diri sendiri,. Yah, sebagai bahan perenunganlah, in shaa Allah.

Hmm, setelah lulus kuliah, pasti yang terbersit adalah mencari pekerjaan, betul begitu?
Ok, kalaupun ada yang mikir nikah, itu lain soal.
Tapi pasti, kita semua, yang udah merasakan pake mahkota bertali pasti memimpikan untuk mendapatkan pekerjaan yang bonafit.
Yeah, itu wajar.
Yang jadi permasalahan adalah apakah pekerjaan itu bisa membuat kita tetap istiqomah dengan keislaman kita atau tidak. Khususnya, bagi wanita, terkait auratnya.

Terkadang, saya suka iri dengan para kaum pria.
Tak perlu bersusah payah menjaga aurat. *Oops, bukan berarti saya menyesal jadi perempuan yah, SAYA BANGGA!

Saya senang melihat ada pria, bekerja ditempat bonafit, namun tak pernah melupakan dakwahnya. Itu jempol sekali bagi saya.
Siangnya ia sibukkan untuk mencari maisyah, malamnya ia sibukkan untuk dakwah. Luar biasa.
Dan, saya pengen sekali menjadi seperti itu. Walau, tentu saja, dalam scoop yang berbeda.

Setidaknya selama beberapa tahun ini saya punya pemikiran, yah, mungkin ini pemikiran egois saya, dan juga ini tantangan bagi saya,. "Saya ingin bekerja di tempat yang bukan merupakan zona nyaman ikhwah, saya ingin terlibat didalamnya dan mewarnainya".
Hmm,, terkesan memaksa yaaa..

Tapi, sekali lagi ini adalah tantangan bagi saya.

Dan, seperti saat ini yang terjadi dalam salah satu episode kehidupan saya. Saya berada di posisi untuk menentukan pilihan mana yang paling baik. Tentu saja, timbangannya bukan lagi "saya suka atau tidak suka" melainkan "Allah ridha atau tidak".

Dan yang menjadi pertanyaan saya:
"mampukah saya bertahan disana tanpa terbawa arus dan justru membawa arus perubahan?"
Saya tidak ingin, ketika saya bekerja nanti, saya perlahan-lahan keluar dari peredaran dakwah. Berkilah tak dapat berkontribusi karna banyaknya pekerjaan. Karna padatnya jadwal kerja. Saya tidak mau itu.
Banyak sudah kasus seperti ini. Setelah bekerja, mereka menghilang. Tak lagi tampak batang hidungnya dalam tiap pertemuan dakwah. Hingga akhirnya saat bertemu, ternyata telah tersibukkan mengejar kehidupan dunia. Saya tidak ingin seperti itu.
Yang saya inginkan, sepadat apapun dan seberat apapun pekerjaan saya, saya harus bisa memberikan kontribusi bagi dakwah ini. Saya tidak ingin menjadi mereka yang berguguran di jalan dakwah. Tidak.

"Mampukah saya bertahan dengan jilbab ini?"
Iya. Jilbab. Saya tidak ingin, ketika saya masuk dalam komunitas kerja, saya menjadi orang yang berbeda. Jilbab yang semakin memendek. Wajah yang semakin merona karna make-up. Oh tidak, saya tidak ingin seperti itu.
Contoh kasus, seperti sahabat saya (ya Rabb, saya harap dia senantiasa dalam penjagaanMu). Dulunya, ia berjilbab besar. Akhwat. Bahkan menjadi model bagiku yang dulu belum berhijab. Namun sayang, setelah bekerja, dan larut dalam indahnya dunia kerja. Jilbabnya semakin memendek, lebih modis. Yah, walau ku sadari dia memang makin cantik. Dengan make-up minimalisnya. Tapi, apa jadinya? Dia jadi tak ada bedanya dengan yang lain. Miris. Dan saya tak ingin seperti itu.
Saya inginnya. Saya seorang muslimah yang bekerja tetap dengan ciri kemuslimahannya. Memegang erat syariat. Terbuka tanpa melupakan iman.

"Bisakah saya tetap berdakwah jika masuk disana?"
Yah, ini pula yang menjadi pemikiran saya. Jika saya nantinya bekerja, saya tidak ingin waktu saya habis untuk bekerja. Lelah saya habis hanya untuk bekerja.
Saya maunya pekerjaan itu hanyalah topangan bagi saya untuk berdakwah. Jadi, bekerja itu adalah pekerjaan sampingan saya, dan dakwah adalah pekerjaan utama saya. Saya maunya seperti itu.

Hmm, terkesan ideologis sekali yah?

Tapi, itulah saya.
Saya berharap, ini bisa menjadi pengingat saya, pelecut saya jikalau nanti saya tersilap dalam bekerja.

Semoga Allah senantiasa menguatkan iman di dalam dada ini.
Mengokohkan prinsip yang sudah terpatri karna tarbiyahMu.

Sebuah perenungan sebelum tidur.
In my first day on Kapolres.
Senin, 10 Maret 2014.
21:54

0 Komentar