"Ada kan kemaren waktu dirumah Lili, aku liat ada cewek dikosmu, itu pacarmu?"
Dengan agak ragu, dan suara lirih, kaupun menjawab, "iya".
Sebuah pertanyaan yang sebenarnya sudah aku ketahui jawabannya. Tapi lebih baik begini, tau dari mulutmu sendiri jauh lebih melegakan daripada aku tau dari orang lain. Walaupun rasa nyeseknya tetap sama.
Hari itu, aku menatapmu dalam - dalam. Kamu yang duduk diseberang mejaku tampak sangat asik makan dalam diam. Aku tau, ada banyak hal yang kau pikirkan dalam diammu. Dan tentu saja, pikiranmu itu bukan aku.
Dan seperti biasa pula, kau selalu rajin mengecek hapemu. Dulunya, aku selalu berpikir itu mungkin dari teman - teman pengajianmu. Mungkin, kalian sedang asik berchat ria digrup hingga sayang untuk kau lewatkan bahkan ketika sedang bersamaku. Tapi sekarang? Aku tau, dengan siapa kau asyik berchat ria. Bukan dengan teman pengajianmu, tapi dengan dia yang kini telah mengalihkan perhatianmu dariku.
"Sudah lama kamu sama dia?"
Cuma itu pertanyaan yang bisa aku tanyakan. Padahal, ada sejuta pertanyaan yang membutuhkan jawaban menari - nari dalam benakku. Ingin ku lontarkan semuanya padamu. Tapi, sikapmu, sudah memberikan jawabannya.
"Jadi, selama di Samarinda, kalian jalan - jalan? Kamu, boncengin dia?"
Dengan santainya, kau jawab "iyalah".
Oh dear, ingin rasanya aku mencercamu dengan semua perkataan yang dulu pernah kau utarakan padaku. Apa kamu masih ingat, tentang teman cewekmu dari Tangerang yang dulu minta diajak jalan - jalan, namun kau memintaku untuk menemaninya karna kamu mengatakan bahwa dirimu sebagai ketua majlis taklim remaja tidak akan baik jika dilihat membonceng cewek?
Sekarang aku menyesal dengan rasa kagumku waktu itu. Prinsipmu tak lebih hanya sebuah ketidakenakan. Bukan karna pemahaman yang mendalam. Aku pikir, kamu berubah, menjadi lebih baik. Nyatanya? Tetap sama.
"Yang waktu kalian ke Pampang itu, aku ngantarin dia ke bandara....."
Begitu mudahnya kau berceritaaa... kamu mungkin tidak tau, saat itu aku sedang mengatur degup jantungku yang tak beraturan. Aku tidak ingin mendengar kisahmu itu.... yang aku ingin tau, sejak kapan kamu jalan sama dia? Apa semua perhatianmu ke aku selama ini palsu? Cuma sekedar kebaikan semata?
Aku mencoba menatap matamu dalam - dalam. Ku pandang lekat wajahmu. Disana tak ku lihat lagi cahaya itu. Aku tak menemukan dirimu yang ku kenal dulu. Kamu tersenyum, tapi senyummu lain. Tatapan matamu pun lain. Kosong. Tak ada apa apa disana.
Ya, aku sadar sekarang. Cintaku bertepuk sebelah tangan, walau sebelumnya, kau pernah beberapa saat menyambut tepukan itu.
Baiklah. Selamat jalan. Semoga berbahagia dengan dia disana.
Sekarang dimataku, semua yang pernah kau ucapkan padaku, dan semua rencana kita hanyalah sebuah kebohongan besarmu. Kau, tidak selurus seperti yang aku pikirkan.
0 Komentar
Give me your comment, please...