Menyikapi Fenomena Kabur dari Rumah


Tulisan ini terinspirasi dari kisah yang terjadi baru-baru ini.

Seorang gadis yang hilang pasca wisudanya dirinya.
Kebetulan, itu gadis satu daerah sama aku, masih diwilayah Swiss (Sekitar Wilayah Samarinda Seberang) dan juga karna kami berada dalam satu organisasi, jadi secara tidak langsung membuat diriku kepikiran juga.

Nih, berita lengkapnya --> http://m.detik.com/news/read/2014/03/31/153341/2541328/10/usai-wisuda-sebagai-lulusan-terbaik-agnes-hilang-di-plaza-mulia-samarinda

Yang ingin saya soroti dari berita di atas adalah penyebab hilangnya si gadis. Ada rumor yang beredar, bahwa si gadis memang menyengajakan untuk kabur dari orang tuanya, karena sempat terlihat oleh teman-temannya bahwa si gadis ribut dengan orang tuanya sebelum prosesi wisuda berlangsung. Alla kulli hal. Wallahu alam.

Terlepas dari alasan itu, sekarang banyak sekali kasus kabur dari rumah. Bermacam alasannya. Ada yang karena dimarahin orang tua, ada yang nggak suka diatur-atur ma orang tua, ada yang udah kadung benci ma orang tuanya (*astaghfirullahaladzhiem...)

Kemaren, saya juga mendengar kabar, masih sekitar SWISS, bahwa ada seorang anak SMK yang kabur dari rumah lantaran nggak dikasih uang ma orang tuanya. Oh dear, hal sepele itu kenapa harus mpe kabur sih? Kasihan orang tuanya yang kalang kabut mencari dimana sang buah hati. Syukur-syukur si anak kembali dengan selamat, nah, ini, si anak kembali dalam keadaan udah nggak suci lagi. Astaghfirullahaladzhiem. *urutdada

Mendengar 2 kabar yang nyaris sama inti permasalahannya ini, membuat saya jadi berpikir keras, sebegitunyakah mental anak bangsa ini? Cuman sekedar keinginan yang tak didapat lantas main kabur gitu??? Ga dewasa banget sih, itu yang pertama terpikir dalam benak saya.

Saya mengatakan ini, bukan karena saya beruntung dilahirkan dalam keluarga yang demokratis. Punya orang tua yang nggak pernah memarahin saya ataupun yang selalu mewujudkan apapun keinginan saya. Oh dear, Anda salah besar jika berpikiran seperti itu.

Orang tua saya sama seperti orang tua kebanyakan. Suka marah-marah juga. Kadang suka nggak punya uang juga. Bahkan, lebih ekstrem kadang marah pun suka keluar kalimat, "kalo seperti itu, ga usah pulang az sekalian!" Nah, ham, makjleb banget kan?

Saya rasa semua orang tua itu sama. Suka marah-marah dan kadang nggak suka berlebihan dengan apa yang kita lakukan jikalau menurut mereka itu tidak benar. Itu wajar. Karna, mereka kan orang tua. Mereka, tentu saja pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Nah, tinggal bagaimana kita, sebagai anak, yang menyikapinya. Mari bersikap dewasa.

Ada beberapa tips, yang bisa kita coba, agar fenomena-fenomena "kabur" ini tidak terulang lagi....

Yang pertama, sebagai anak, ketahuilah dan yakinilah, bahwa orang tua itu, pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Hanya saja, kadang, cara mereka menyampaikan berbeda dengan kita. Bahkan kadang, menurut kita, terlalu membatasi. Terlalu mencampuri. Oh, kawaannn... asal tau saja ya, orang tua kita itu hidup di masa yang berbeda dengan kita, so, kita juga harus maklumin itu. Mungkin, caranya yang tak biasa menurut kita.

Kedua, dengan berbekal keyakinan seperti pada tips pertama, maka tanamkam kedewasaan dalam diri kita dalam menyikapi sikap orang tua. Jangan sedikit-sedikit main kabuurr az. Please dech, zaman udah canggih gini, masiiih maiin kabuurr az. DIOMONGIN DONKKKK....!!!
Kalo ada masalah, hendaknya curhat ke orang tua. Kalo dirasa orang tua kita itu terlalu kolot, dan kayaknya ga bisa denger curhatan kita, maka curhatlah ke yang benar, curhatnya sama Allah saja.
Masalah curhat mencurhat ini juga bukan urusan sepele loh, salah-salah kalo salah curhat, apalagi curhatnya ke teman yang biasa kabur, waaahh,, bisa berabe tuh, pikiran kita jadi ikut terkontaminasi untuk ikutan kabur.
Coba deh, sekali-sekali dipikir, masa' sih orang tua kita tega marahin kalo kita nggak punya salah. Bisa jadi kan gegara kita juga? Betul kan? Ingat pepatah bahasa Indonesia, "Ga ada Asap kalo Ga Ada Api". Begitu juga orang tua kitaaa.... bisa jadi, mereka marah, karena mereka sedang banyak pikiran... bisa jadi, mereka marah, karena kita nggak nurut.... bisa jadi, mereka marah, karena kita udah bertingkah kelewatan... dan, masih banyak bisa jadi-bisa jadi lainnya yang membuat kita untuk terus berkhusnudzhon kepada kedua orang tua kita.
Bersikap dewasalah kawaaannn.....

Ketiga, ini sebenarnya yang paling utama. Senantiasalah berupaya untuk mendekatkan diri kita kepada Allah. Gimana caranya? Yah, selain lewat cara beribadah, kita juga perlu menambahnya dengan mengikuti kajian keislaman yang positif. Mencapai kedewasaan itu nggak mudah kawan. Saya jadi ingat pengalaman pribadi, kalo dulu, jika keinginan saya tidak dituruti, saya bakalan nangis dan mogok makan. Bahkan, kalo saya ditegur dan dimarahin, saya akan balas marah. Emang kenapa sih? Kan ini hidup gueh, ya suka-suka gue doonkk.. begitulah kira-kira pemikiran saya duku. Egois banget dah pokoknya. Tapi, sejak saya ikut kajian keislaman rutin, tarbiyah namanya, pemikiran saya berubah. Saya banyak mendapat materi tentang bagaimana seharusnya bersikap kepada orang tua, saya banyak mendapat kisah tentang bagaimana para sahabat memperlakukan orang tuanya. Dari situ, saya mengamati, mencoba memahami, dan belajar. Dan pada akhirnya melahirkan suatu sikap, bahwa saya tidak boleh bersikap seperti itu lagi kepada orang tua saya. Hal ini menjadi tekad dalam hati. Bahwa saya harus memberikan pelayanan yang terbaik untuk kedua orang tua saya. Jadi, pikiran untuk kabur, marah, dan benci udah menghilang dari benak saya. Semuanya membuat saya menjadi dewasa.

Yah, kira-kira, begitulah tips yang bisa saya berikan, yang berasal dari pengalaman hidup saya. Semoga bermanfaat bagi teman-teman semua terutama bagi seorang anak, yang pernah terpikir untuk kabur atau yang sedang dalam pengkaburan (?).

Ada satu lagi cerita, tentang seorang anak yang membenci ibunya. Permasalahannya sebenarnya sepele. Si anak nggak suka sama ibunya karena merasa sang ibu nggak pernah memperhatikannya dan nggak pernah memasakkan makanan untuknya. Hingga akhirnya si anak ini memutuskan untuk tak menegur sang bunda. Dan hingga detik saya menulis artikel ini, sang anak masih terus egois bahkan berupaya untuk menyakiti hati ibunya dengan melakukan hal-hal yang tak disukai ibunya. Astaghfirullahaladzhiem. Sahabat, jangan diikuti yang seperti itu yaaa...

Dan, terakhir, sebelum saya menutup tulisan ini, saya ingin memberikan beberapa alasan mengapa kita harus TETAP berbuat baik kepada kedua orang tua kita. Ok, cekidot.

1. Orang tua, terutama ibu, adalah orang yang melahirkan kita. Nggak ada ibu, ya kita nggak bakalan ada. Masalah si ibu yang suka ngatur-ngatur kita, yah, wajarlah, karna kita, terlahir dari rahimnya. Jadi, ibu punya hak. Kalo nggak sesuai dengan diri kita, bicarakan. Jangan dipendam. Itulah sebabnya, komunikasi itu penting.

2. Orang tua udah merawat kita sejak kecil sampai sekarang. Terlepas orang tua kita itu galaknya minta ampun. Suka mukulin, mungkin. Tetap saja, kita harus berterima kasih kepada mereka karena udah mau ngasih kita makan, udah mau ngerawat kita, hingga kita jadi sebesar ini.

Hmm... mungkin itu dulu alasannya, mungkin diantara sahabat ada yang mau menambahkan alasan mengapa kita harus tetap berbuat baik kepada orang tua? Saya tunggu yah dikomennya...


Senin, 31 Maret 2014
Jam 23:18
@Workshop Echizen
...sebuah ungkapan hati atas fenomena anak muda zaman sekarang...

1 Komentar

  1. Jadi elu diem aja digitukan? terus emangnya menurut elu gaya marah tiap orangtua itu sama kayak orangtua elu marahin elu?
    Terus, kalo gue lihat elu cuma mengomentari kasus yang dianggap sepele saja. Lalu apa komentar elu tentang anak yang kabur dari rumah karena ketidakharmonisan, kekerasan orangtua, atau hal lain seperti orangtua tidak peka, orangtua suka puji orang lain sementara anaknya sendiri dijelekin, atau kebodohan orangtua seperti menjodohin anaknya dengan orang yang tidak disukai???????????

    ORANGTUA ELU DENGAN KAMI BERBEDA!!!

    BalasHapus

Give me your comment, please...